Rabu, 13 Juli 2016

Pengetahuan; "Nahdhotun Nisa; Seksinya Perempuan"



Nahdhotun Nisa, sebuah permainan Bahasa yang sebenarnya memiliki arti yang sangat sederhana. Dalam Bahasa Indonesia, Nahdhotun Nisa berarti Kebangkitan Perempuan. Sedangkan apa maksud dari kebangkitan perempuan itu, kita semua tentu memiliki berbagai perspepsi tentang define kebangkitan yang tertera dalam artikel bebas ini. kata kebangkitan berasal dari kata bangkit yang menurut KBBI berarti bangun; lalu berdiri. Tentunya dalam artikel ini kita tidak akan membahas makna kebangkitan seleterlek itu. Tidak! Kebangkitan tidak hanya berate sesempit itu, apalagi kata tersebut bersanding dengan kata perempuan. Oleh karena itu pembahasan tidak akan sesederhanya pengertiannya. Dalam artikel ini, kita akan sama-sama membahas tentang bagaimana perempuan memiliki tempat ditengah-tengah masyarakat dunia. Dari pembahasan tersebut kita akan membuka paradigma kebanyakat masyarakat patriarki terhadap perempuan yang dianggap hanya memiliki tugas 3M alias Macak, Manak, Masak.

Pembahasan pertama adalah tentang “sejak kapan sih sebenarnya perempuan dianggap penting dalam aspek kemasyarakatan?”. Penulis jawab dengan tegas pertanyaan yang dianggap penulis biasa terlontarkan dalam forum-forum keperempuanan tersebut dengan jawaban yang sangat islami menurut penulis yaitu sejak zaman Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Ya, tentu demikian, kemudian muncul pertanyaan, “mengapa demikian?”. Penulis akan menjawab pertanyaan demikian dengan pertanyaan pula, “apakah anda mengenal siti Aisyah, siti Khadijah, dan fathimatuz zahro?”. Jawabannya sedang melayang di pikiran anda masing-masing. Dan saya tau itu.
Berikut adalah profil perempuan hebat pada zaman Kanjeng Nabi SAW. Yang pertama ialah Aisyah RA, istri Rasululloh yang sangat cerdas sehingga menjadi perawi hadist terbanyak. Yang kedua ialah sayyidina Khodijah, istri pertama rasululloh SAW. Beliau ialah satu-satunya istri yang memberikan keturunan kepada Rasululloh SAW dan istri yang rela memberikan seluruh hartanya untuk syiar Islam. Yang ketiga ialah Siti Fathimah. Beliau adalah pemimpin perempuan dunia di seluruh zaman dan generasi.

Kebangkitan perempuan sudah ada ketika zaman Islam, lebih tepatnya pada zaman Rosululloh SAW. Ada banyak artikel atau pendapat yang menyatakan bahwa pelopor kebangkitan perempuan datangnya dari negara barat, penulis kira pendapat itu kurang tepat, atau mungkin pemilik pendapat belum pernah tau tentang kehebatan perempuan pada zaman Rasululloh yang namanya masih dikenang dari generasi ke generasi.

Tokoh-tokoh perempuan penegak emansipasi dari barat diantaranya adalah Hilary Rose, Evelyn Fox, Keller, Sandra harding, dan Naomi Wolf. Dari arah timur tengah kita bisa mencatat sepak terjang perempuan penegak emansipasi seperti Nawal El Saadawi dan Fathimah Mernisi.

Di Indonesia, sangat lebih mendahului wilayah barat dalam hal kebangkitan perempuan. Beliau adalah Ratu Shima dari kerajaan Kalingga yang bertahta pada abab ke 6.beliau sangat tegas memimpin kerajaan denganbtidak memandang saudara atau tidak, jika melanggar hukuman akan tetap dilaksanakan. Seterusnya, kita memiliki RA. Kartini, pelopor emansipasi dalam pendidikan. Lalu haruskah kita tidak bangga dengan perempuan bangsa? Haruskah kita tetap mengakui bahwa perempuan dan paham luar lebih terlihat keren dari pada anak bangsa sendiri?


Maret 2016, disampaikan dalam diskusi tentang perempuan dalam rangkaian acara Pelatihan Kader Dasar Ibnu Aqil, Malang 

1 komentar: